FOTO KOMPAS/HERU SRI KUMORO |
Pohon gaharu yang sudah mulai langka memiliki masa depan yang
sangat menguntungkan, karena bernilai ekonomi sangat tinggi dibanding tanaman
pohon jabon, sengon, dan mahoni. Pohon gaharu tidak hanya diambil kayunya
sebagai bahan olahan atau furnitur, tetapi juga bisa dimanfaatkan daunnya
sebagai bahan untuk minuman.
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Jember Totok Haryanto
mengatakan, daun gaharu menurut hasil penelitian mengandung kalsium dan vitamin
P (bio flafonim). "Ini sangat bermanfaat untuk obat herbal bagi penyakit
kanker dan banyak digunakan di Taiwan dan China," kata Totok, Selasa
(1/5/2012) di Jember, Jawa Timur.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Jember telah menjalin kerja sama
dngan perusahaan swasta yang bergerak di bidang usaha pengadaan kayu bersedia
membeli hasil tanaman pohon dari petani. Tanaman pohon gaharu bisa ditebang
setelah mencapai usia tanaman 5 tahun hingga 7 tahun dan sudah berdiameter 12
cm.
Teguh Narsono dari PT Gemilang Gaharu Indonesia (GGI) menjelaskan,
pohon gaharu memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan kini mulai langka. Gaharu
telah mengalami masa krisis di Kalimantan dan Papua, karena banyak terjadi
perambahan hutan. Untuk itu, perlu ada pengembangan areal tanaman ini di Jawa,
Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
PT GGI bermitra dengan petani untuk melakukan penanaman sambil
memberi pengetahuan mengenai cara menanam dan merawat tanaman tersebut sampai
panen. Sejak awal tanam, pohon gaharu membutuhkan perawatan secara khusus
hingga umur satu tahun.
Pada
usia satu tahun itu, daun pohon gaharu bisa dipakai untuk bahan minuman dan
banyak diminati perusahaan, termasuk PT GGI yang bersedia membeli. Setelah
mencapai umur 2 tahun hingga 5 tahun, kayu pohon ini dipakai untuk bahan
wewangian dan diekspor ke Timur Tengah. (sumber kompas.com -1 mei 2012)
0 Responses So Far:
Posting Komentar